JCADVENTIST.ORG, JAKARTA – Departemen Komunikasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Konferens DKI Jakarta & sekitarnya (Jakarta Local Conference – JC) menyelenggarakan pelatihan teknik jurnalistik dalam menulis berita mempergunakan teori 5 W+1H +1 S dengan sistem piramida terbalik khususnya untuk para gembala atau pendeta serta departemen komunikasi gereja yang berminat dalam dunia tulis menulis di Jakarta, Minggu (22/1/2023).

Acara yang dibuka oleh Pdt. Dr. Sonny Situmorang, Direktur Komunikasi Uni Indonesia Kawasan Barat (UIKB) dengan terlebih dahulu membawa renungan Firman Tuhan berdasarkan ayat inti Kisah Rasul 13:47.

Sedangkan Pdt. Dr. Ronie Panambunan, Direktur Komunikasi dan Kebebasan Beragama JC membawakan motivasi untuk menulis berita serta foto, video kegiatan gereja dan penginjilan untuk dimuat atau dipublish di website www.jcadventist.org.

Pembicara sekaligus nara sumber pelatihan teknik jurnalistik setengah hari ini langsung dibawakan oleh Lasman Simanjuntak, jurnalis senior yang juga adalah Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id dan myberitaraya.blogspot.com.

“Menulis berita atau news itu mudah kok.  Terpenting ada minat dan semangat untuk terus berlatih menulis dan menulis.  Sekarang mari kita langsung praktikan bagaimana menulis berita yang baik dan benar.  Anggap saja para peserta pelatihan sedang meliput jumpa pers dimana saya adalah nara sumbernya,” ajak Ketua Jemaat dari GMAHK Jatinegara ini.

Teori Jurnalistik 5 W + 1 H

Dijelaskan Lasman Simanjuntak, yang kurang lebih 35 tahun menekuni dunia jurnalistik ini, dalam menulis sebuah berita (spot news, misalnya-red) prinsipnya harus mempergunakan teori jurnalistik 5 W+1H+1S dengan sistem piramida terbalik.

Selain juga mempergunakan Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar dikenal dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

“Dalam teknik melaporkan (to report) setiap reporter atau wartawan tidak boleh memasukkan opini atau pendapat pribadi, harus fakta di lapangan.  Oleh karena itu jurnalis dituntut bersikap jujur (sincerity), dan jangan memanipulasi atau merekayasa fakta dan kebenaran.  Tidak boleh menambah atau mengurangi fakta yang diliputnya, jadi harus menulis berita yang obyektif,” pesan Lasman Simanjuntak yang juga dikenal sebagai seorang penyair atau sastrawan.

Menyinggung tentang prinsip teori (rumus) jurnalistik 5 W +1 H adalah singkatan dari what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana).

“Setiap berita yang ditulis,disiarkan atau ditayangkan, wartawan haruslah memuat unsur-unsur tersebut. Sedangkan penambahan satu unsur lagi S = safety atau aman dimaksudkan agar berita atau foto bila dimuat, ditayangkan, atau disiarkan tak berdampak hukum atau negatif,” pesannya seraya mengingatkan lagi produk jurnalistik itu dilindungi oleh UU Pers No.40 tahun 1999, UU IT serta Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Di depan peserta pelatihan jurnalistik tersebut, Lasman Simanjuntak juga menjelaskan bagaimana setelah jurnalis berhasil menulis berita “press klaar” atau siap saji, dapat lagi meningkatkan kemampuan untuk menulis opini, artikel, karangan khas, sampai kepada editorial dan tajuk rencana.

Sebelum pelatihan jurnalistik ditutup, para peserta langsung ‘menyetor’ hasil karya (produk) jurnalistiknya berupa berita dan foto yang sudah melalui editing oleh Lasman Simanjuntak dan langsung dipublish oleh Pdt. Ronie Panambunan di website www.jcadventist.org.

“Nah, kalau peserta pelatihan awal tahun 2023 ini sudah lulus dengan menulis berita dan foto dapat diserahkan kartu pers, khususnya dapat dipergunakan dalam berbagai tugas liputan.  Kartu pers juga harus dibarengi dengan karya atau produk jurnalistik, yang punya misi gereja yakni penginjilan dan memberikan kabar keselamatan,” pungkasnya. (Ls)

 

Leave A Comment